1. Sate
Sejarah Sate
Siapa yang tidak mengenal sate? makanan yang mudah di jumpai dan pada hari raya umat islam idul qurban pastinya setiap orang membuat sate. Lantas dari mana asal sate?
Pada awalnya, para warok di kota Ponorogo menggunakan tusuk lidi ataupun dari potongan bambu untuk pengganti sendok atau grapu sebagai media untuk makan sate, tetapi ada yang masih mempertahankan dengan menggunakan sebuah lidi sebagai tusuk sate, karena pada kala itu masyarakat belum mengenal sendok sejenisnya.
Tradisi memakan daging ayam yang di tusuk dengan pilhan bambu baru diketahui pada abad 15 oleh Batara Katong selaku bupati Ponorogo yang pertama, hingga saat ini potongan daging sate Ponorogo dipotong memanjangkan dan dibuat dengan cara primitif di bandingakan sate lainnya,.
elain itu menggunakan bumbu kacang, dimana bumbu kacang juga di gunakan pada Pecel makanan keseharian khas Ponorogo, bahkan Ponorogo saat ini merupakan penghasil kacang terbaik yang selalu menjadi jujukan belajar pertanian daerah lain seperti bondowoso, maluku, kalimantan, kulonprogo, tasikmalaya, sumatera dan lainnya.
Banyak masyarakat biasa Ponorogo yang tidak membuat sate, karena takut akan tekanan para warok yang tidak boleh meniru tata cara kehidupan warok saat itu, sehingga kegiatan memakan daging ayam dengan cara di tusuk begitu tertutup di kalangan biasa, hingga pada akhirnya kalahnya ki Ageng Surya Alam oleh pihak Majapahit dan Demak dilakukannya pengamatan kehidupan para masyarakat ponorogo terutama kalangan warok.
Pada kunjungan Harya Jaran Panoleh adik batara Katong dari Madura ke kota Ponorogo, Di mulailah pengembangan resep dan pembuatan sate dengan cita rasa khas Madura, dari sinilah Sate mulai dikenal secara luas. Selengkapnya Sate Madura.
Datangnnya kolonial Belanda di Nusantara membawa berbagai kebudayaan barat, seperti menggunakan Sendok dan Garpu saat makan yang memudahkan untuk makan dan para pribumi masih menggunakan tangan.
Para Ulama menggunakan Sate sebagai media perlawanan anti Belanda terlebih paska perang Dipenogoro, sehingga tren makan sate dikalangan rakyat pada pertengahan abad ke 18 hingga ke awal abad 19 serta menjadi tradisi pada kalangan Islam pada hari raya idul Adha, hal ini menjadi bukti dilakukannya perang secara politik terhadap belanda.
Lalu dari mana kata Sate? Kata Sate sendiri dari bahasa Jawa yaitu "Sak Beteng" (Tulisan: Sak Biting) yang berarti satu tusuk, karena sebenarnya tusuk sate pada awalnya menggunakan dari lidi. Namun ada yang menyimpulkan lain yaitu kata "Sak Set" yang berarti satu set atau satu paket, mengingat biasanya satu paket sate terdiri dari 10 tusuk.
Bambu yang dikecilkan hingga ke seukuran batang lidi dipilih karena lebih kokoh dan kuat saat melalui proses pembakaran dibandingkan lidi sendiri maupun jenis-jenis kayu lainnya, terlebih bambu lebih mudah dibentuk.
http://masaksate.blogspot.co.id/2015/08/sejarah-sate-indonesia.html
Macam - macam Sate yang ada di Indonesia
1. Madura
Sate yang berasal dari Madura, Jawa Timur ini merupakan sate jenis yang paling populer di Indonesia. Sate Madura terbuat dari daging ayam atau kambing dengan bumbu kacang yang manis yang terbuat dari campuran bawang putih, bawang goreng, kacang tanah goreng yang sudah dihaluskan, kemiri, dan garam. Sate ayam biasanya dihidangkan dengan bumbu kacang, sementara sate kambing dihidangkan dengan kecap manis ditambah irisan bawang merah, tomat, dan cabe rawit.
Sate Madura sering dimakan dengan nasi putih, lontong, atau ketupat. Selain itu sering ditambahkan dengan acar mentimun, wortel, bawang merah dan cabe rawit. Sate ini paling sering ditemukan di berbagai daerah di warung pinggir jalan.
2. Padang
Hidangan sate asli Padang dan daerah sekitarnya di Sumatera Barat ini terbuat dari jeroan sapi atau kambing yang direbus dengan bumbu, lalu dipanggang. Ciri utama dari sate padang adalah dari saus kuah kuning/oranye kental yang terbuat dari tepung beras yang dicampur kaldu daging dan jeroan, kunyit, jahe, bawang putih, ketumbar, lengkuas, jintan putih, bubuk kari, dan garam.
Sate ini biasa dimakan dengan tambahan ketupat dan keripik singkong balado pedas. Sate Padang sendiri ada dua jenisnya yaitu sate Padang Pariaman dan Padang Panjang, yang berbeda dalam rasa saus bumbu kuningnya. Nah, ini juga sate yang tidak kalah populernya dengan sate Madura karena mudah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia, bukan hanya di Padang saja.
3. Ponorogo
Jenis sate berikutnya berasal dari Kota Ponorogo, Jawa Timur. Sate ini terbuat dari potongan daging ayam yang direndam dalam bumbu kecap, lalu disajikan dengan bumbu kacang dan sambal dengan irisan bawang merah dan cabai rawit serta jeruk nipis. Uniknya, dalam setiap tusuk sate Ponorogo hanya terdapat satu potong daging ayam yang diiris memanjang, berbeda dengan sate biasanya yang terdiri atas 4-5 potong daging. Sebelum dipanggang, daging ayam direndam dalam kecap manis dan bumbu lalu di “bacem” agar bumbunya meresap. Kemudian dihidangkan dengan lontong. Panggangannya terbuat dari tanah liat yang dilubangi satu sisinya untuk mengipasi arang.
4. Tegal
Sate dari daerah Tegal terkenal dengan sate kambing muda yang baru berumur di bawah lima bulan. Sate ini dijuluki dengan nama sate “balibul” (baru lima bulan). Sate dipanggang dalam satuan kodi, yang terdiri atas dua puluh tusuk, dan tiap tusuk terdapat dua potong daging, satu potong lemak dan satu lagi potongan daging. Sate yang dipanggang di atas bara arang ini dipanggang hingga hampir matang atau matang sekali.
Anda juga dapat minta satenya dipanggang tidak terlalu matang. Jika anda tidak ingin lemak, potongan lemak dapat diganti oleh hati, jantung, atau ginjal kambing. Biasanya daging ini tidak dibumbui sebelum dipanggang namun tetap menghasilkan rasa gurih alami. Sate tegal disajikan dengan kecap manis yang diencerkan dengan air panas, ditambah irisan cabai, bawang merah, tomat hijau, dan nasi putih, dengan taburan bawang goreng. Rasa manis dari daging muda akan menciptakan rasa yang berbeda di lidah sehingga bikin ketagihan.
5. Ambal
Sate yang berasal daerah Ambal, Kebumen, Jawa Tengah ini berbahan dasar daging ayam kampung. Daging ayam yang telah dipotong direndam bumbu selama dua jam agar meresap. Keunikan dari sate ambal adalah bumbunya bukanlah bumbu kacang, melainkan tempe tumbuk yang dicampur cabe dan aneka bumbu lainnya. Sate ini biasanya dimakan dengan ketupat.
6. Blora
Sate dari daerah Blora yang terbuat dari daging dan kulit ayam ini potongannya lebih kecil dari sate lainnya. Sate blora dimakan dengan bumbu kacang, nasi, dan sup dari santan.
7. Banjar
Jenis sate yang populer di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan ini terbuat dari fillet ayam bagian paha. Fillet ayam sebelumnya dilumuri dengan bumbu lalu dipanggang dan disajikan dengan bumbu pecel dan ketupat.
8. Makassar
Sate yang berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan ini terbuat dari jeroan sapi atau kambing yang dibumbui saus yang terbuat dari belimbing. Jadi rasanya asam dan pedas. Tidak seperti sate lainnya, sate Makassar dihidangkan tanpa bumbu. Setelah dibumbui dan dibakar, sate langsung bisa disantap.
9. Buntel
Sate khas Kota Solo atau Surakarta, Jawa Tengah terbuat dari cincangan daging sapi atau kambing (terutama bagian perut atau iga). Daging kemudian dibungkus selaput membran daging (lemak) dan dililitkan membungkus tusukan bambu. Ukuran sate ini cukup besar, mirip dengan kebab Timur Tengah. Setelah dipanggang di atas bara arang, sate ini kemudian dipisahkan dari tusuknya, diiris-iris, lalu disajikan dengan kecap manis dan merica. Benar-benar mirip isian kebab, ya!
10. Lilit
Sate lilit berasal dari Bali. Sate ini terbuat dari daging cincang, bisa daging sapi, ayam, ikan, babi, atau kura-kura. Berbeda dengan sate biasa yang terdiri dari potongan daging kecil, sate lilit berasal dari daging cincang yang dicampur kelapa parut, santan kental, jeruk nipis, bawang merah, dan merica. Kemudian dibungkus melilit dengan tusukan bambu pipih, batang tebu, atau batang serai, lalu dipanggang di atas bara arang. Rasanya berbeda dengan sate daging biasa namun tetap lezat.
11. Pusut
Sate pusut berasal dari Pulau Lombok. Terbuat dari campuran daging cincang (sapi, ayam, atau ikan), kelapa parut, dan bumbu. Campuran ini kemudian dililitkan membungkus tusukan dan dipanggang dengan bara arang. Mirip dengan sate lilit Bali namun tidak ditambah santan didalamnya.
12. Ampet
Sate ini juga hidangan sate dari Pulau Lombok. Bedanya sate ampet terbuat dari jeroan sapi dan daging sapi dengan bumbu yang sangat pedas. Bumbunya adalah campuran santan dan bumbu.
13. Maranggi
Sate Maranggi adalah sate khas Sunda yang ditemukan di Purwakarta, Cianjur, dan Bandung, Jawa Barat. Sate ini terbuat dari daging ayam, sapi dan kambing. Bumbu sate ini dibuat dari bumbu khusus, yaitu pucuk bunga kecombrang dan tepung ketan. Kecombrang memberikan aroma dan rasa yang seperti mentol. Sate ini dihidangkan dengan ketan (jadah) atau nasi putih. Nah, sate ini yang saya suka karena rasanya segar! Namun agak sulit juga menemukan sate maranggi di luar daerah Jawa Barat.
https://resepkoki.id/2017/02/17/13-jenis-sate-khas-daerah-indonesia/
Cara Mengolah / membuat Sate
Bahan :
1. 500 gram daging sapi has dalam, dipotong kotak
2. 150 ml kecap manis
3. 150 gram kacang tanah kupas, disangrai, dicincang halus
4. 2 sdm air asam jawa (dari 1 sdr asam jawa dan 2 sdm air)
5. 5 sdm minyak goreng
Bumbu halus :
1. 10 butir bawang merah
2. 2 siung bawang putih
3. 3 cm lengkuas
4. 1/4 sdt jintan
5. 1 sdt garam
6. 1/2 sdt merica
7. 60 gram gula merah, disisir halus
8. 2 sendok teh ketumbar
9. 3 buah cabai merah keriting
Rahasianya:
untuk membuat daging sapi menjadi lembut dan empuk, pergunakan buah nenas muda "mengkal" atau daun pepaya yang tua. Caranya campurkan buah nenas muda yang sudah dipotong-potong kecil-kecil dengan daging sapi yang telah dipotong kotak-kotak selama kurang lebih 3 jam, angkat dan bersihkan daging dari sisa-sisa buah nenas. Maka daging akan terasa lembut dan empuk tidak liat jika dimakan. Menggunakan daun pepaya tua sama juga, tapi untuk daun pepaya yang telah diremas2 harus diendapkan bersama daging selama satu malam.
Cara membuat/memasak Sate :
Aduk rata daging sapi, bumbu halus, kecap manis, kacang tanah, air asam jawa dan minyak goreng.
Diamkan selama kurang lebih 2 jam.
Tusuk-tusuk daging satu persatu di tusuk sate yang telah dipersiapkan.
Bakar sate sambil dioles sisa bumbu sampai matang.
https://anekaresepmasakanibuku.blogspot.co.id/2015/09/resep-rahasia-sate-daging-sapi-lembut.html
2. Sop Konro
Sejarah Sop Konro
Kota Makassar terkenal dengan kekayaan wisata kuliner, salah satunya adalah Sop Konro. Meskipun tidak sepopuler Coto Makassar yang sudah melegenda di seluruh Nusantara, makanan berjenis sup ini juga menjadi menu favorit bagi para penikmat kuliner di Kota Angin Mamamiri. Sop Konro memang termasuk masakan berkuah, namun kuahnya berwarna coklat kehitaman dan berbahan dasar iga atau tulang rusuk sapi yang bercita rasa gurih. Kunci dari gurihnya sop ini adalah bumbu yang terbuat dari kacang tanah. Selain gurih, sop ini juga terasa hangat di mulutnkarena terbuat dari rempah-rempah seperti merica, cengkeh, pala, dan lainnya. Sangat cocok untuk menghangatkan badan di musim hujan seperti sekarang.
Dibandingkan dengan Coto Makassar yang belum diketahui asal-usulnya, Sop Konro dapat dirunut latar belakang sejarahnya. Makanan tradisional asal Sulawesi Selatan ini mulai dikenal sejak tahun 1960-an yang dipopulerkan oleh Pak Hanafing, lelaki yang berprofesi sebagai guru. Ia memulai usaha Sup Konro sekitar tahun 1962 di bawah sebuah tenda biru di dekat Lapangan Karebosi, Kota Makassar.
Dalam kurun waktu kurang lebih delapan tahun, usaha Pak Hanafing mengalami kemajuan yang cukup pesat. Kelezatan Sop Konro hasil racikannya semakin banyak dikenal orang, tidak hanya warga Kota Makassar saja tetapi juga dari luar kota. Berhubung pelanggannya kian hari semakin bertambah, ia pun mengubah warung tendanya menjadi warung makan. Sekitar tahun 1990-an, Pak Hanafing hijrah ke Jakarta dan membuka cabang baru, setelah usahanya sukses ia kemudian membuka cabang lagi di Kota Surabaya.
Melihat kesuksesan Pak Hanafing tersebut, warga Kota Makassar pun berbondong-bondong ingin meraup rezeki dengan membuka warung Sop Konro. Hingga saat ini, warung sup iga sapi ini semakin banyak tersebar di jalan Kota Makassar, mulai dari warung tenda di pinggir jalan hingga restoran.
Seiring dengan berjalannya waktu, kini Sop Konro tidak hanya disajikan dalam bentuk kuah saja, tapi juga tidak berkuah. Sop Konro yang tidak berkuah terdiri dari dua macam, yaitu Sop Konro Bakar dan Sop Konro Rica-Rica. Meskipun cara menyajikan berbeda, namun semuanya tetap menggunakan bumbu dan rempah-rempah yang sama. Komponen bumbu dan rempah-rempah tersebut di antaranya adalah kacang merah, bawang putih, cengkeh, cabai, kayu manis, biji pala, kunyit, ketumbar, merica, dan kluwak. Setiap komponen memiliki cita rasa, warna, dan aroma yang berbeda sehingga perpaduannya melahirkan cita rasa baru yang mampu menggugah selera. Oleh karena itu, masakan khas Bugis-Makassar ini mendapat predikat Juara Nasional dalam ajang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Pangan Award 2011, dengan kategori Cita Rasa Terbaik.
Komponen bumbu dan rempah-rempah pada Sop Konro mengandung nilai gizi yang tinggi. Satu mangkuk Sop Konro di dalamnya terkandung kadar protein 7,4 g, lemak 2,6 g, karbohidrat 4,5 g, kalium 17 mg, fosfor 60 mg, besi 4,6 mg, kalium 25 mg, seng 1,3 mg, da B1 0,12 mg, vitamin B2 0,02 mg, dan niasin 10,9 mg. Sebaliknya, kadar kolestrol dan lemak sup ini tergolong rendah karena tidak ada campuran jeroan sapi. Kehadiran kacang merah dalam komponen bumbu menjadikan sup ini lebih sehat untuk dikonsumsi karena kacang merah dikenal mengandung protein yang tinggi, tetapi rendah lemak.
Warung maupun restoran yang menjual Sop Konro di Kota Makassar sangat mudah ditemukan. Tempat atau lokasi yang ramai dikunjungi antara lain di kawasan Lapangan Karebosi, Jalan Sam Ratulangi, Jalan Gunung Bawakaraeng, dan masih banyak lagi tempat lainnya. Jika Anda kebetulan sedang berwisata di Pantai Losari, Anda pun dapat menikmati sup iga sapi khas Makassar ini di warung-warung di kawasan tersebut.
Bagi Anda yang berlokasi di Bandung pun tak perlu jauh-jauh pergi ke Sulawesi untuk bisa menikmati semangkuk Sop Konro karena Anda bisa menemukannya di Rumah Makan Sop Konro Marannu Cabang Kelapa Gading, yang berada di Jalan Riau 189 Bandung. Rumah makan yang terletak tak jauh dari Taman Pramuka ini menyediakan beberapa menu makanan khas dari Makassar. Yang menjadi menu andalannya adalah Sop Konro dan Konro Bakar.
http://www.buahatiku.com/sop-konro-khas-makassar-makanan-dengan-cita-rasa-terbaik/
Cara Membuat Sop Konro
Bahan-bahan sop konro khas makansar :
-Lengkuas 2 cm, memarkan.
-Daun salam 1 lembar.
-Iga sapi 750 grm, di potong-potong.
-Cengkeh 2 butir.
-Larutan asam jawa 1 sdm, ( air 1 sdm dan asam jawa 1 sdm.
-Bawang merah goreng 2 sdm.
-Kayu manis 3 cm.
-Garam 4 ¾ sdt.
-Air putih 2 liter.
-Gula pasir 4 ½ sdt.
-Daun jeruk 2 lembar, buang bagian tulang nya.
-Bawang merah 4 butir, iris halus.
-Minyak goreng 2 sdm.
Bahan-bahan bumbu di haluskan :
-Bawang putih 4 siung.
-Pala bubuk ¼ sdt.
-Ketumbar ½ sdm.
-Kunyit 1 cm, di bakar.
-Bawang merah 12 butir.
-Merica bubuk ½ sdt.
-Keluak 3 buah, di seduh.
-Kemiri 4 butir, di siangrai.
Cara membuat sop konro khas makasar :
-Untuk langakah yang pertama, rebus dulu air dengan bersama bahan lain seperti iga sapi, cengkeh, kayu manis, daun salam, lengkuas, gula pasir, larutan asam jawa dan garam, hingga iga sapi jadi empuk.
-Untuk takaran kaldu nya harus 1,400 ml.
-Berikutnya panaskan lah minyak, setelah panas maka tumis lah daun jeruk, irisan bawang merah, dan juga bumbu-bumbu yang sudah halus hingga aroma nya begitu harum, tuangkan lah tumisan pada rebusan iga sapi, lalu di masak hingga jadi matang.
-Angkat, dan sop konro khas makasar siap untuk di hidangkan, jangan lupa untuk taburan bawang goreng nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar